Minggu, 12 Oktober 2014

Pengertian Penduduk dan Kebudayaan, Masalah serta Solusinya

A. Pengertian

  • PENDUDUK
     Secara garis besar Pengertian penduduk adalah sekolompok orang yang mendiami tempat dalam suatu wilayah tertentu terlepas dari warga negara ataupun bukan warga negara tersebut

Berikut beberapa pengertian penduduk menurut para Ahli :

 P.N.H SIMANJUNTAK
Penduduk adalah mereka yang bertempat tinggal atau berdomisili di dalam suatu wilayah negara

 Dr. KARTOMO
Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu, terlepas dari warga negara atau bukan warga negara

AA NURDIMAN
Penduduk adalah mereka yang menetap dan berdomisili dalam suatu negara

SRI MURTONO, HASSAN SURYONO, MARTIYONO
Penduduk adalah setiap orang yang berdomisili atau bertempat tinggal di dalam wilayah suatu negara dalam waktu yang cukup lama

 TIM MATRIX MEDIA LITERATA
Penduduk adalah sekumpulan orang yang hidup dalam suatu wilayah geografis.

     Para ahli biasanya membedakan antara ilmu kependudukan (demografi) dengan studi-studi tentang kependudukan (population studies). Demografi berasal dari kata Yunani demos – penduduk dan Grafien – tulisan atau dapat diartikan tulisan tentang kependudukan adalah studi ilmiah tentang jumlah, persebaran dan komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga faktor tersebut berubah dari waktu ke waktu.          Ilmu demografi juga ada yang bersifat kuantitatif dan yang bersifat kualitatif. Demografi yang bersifat kuantitatif (kadang-kadang disebut Formal Demography – Demography Formal) lebih banyak menggunakan hitungan-hitungan statistik dan matematik. Tetapi Demografi yang bersifat kualitatif lebih banyak menerangkan aspek-aspek kependudukan secara deskriptif analitik. Sedangkan studi-studi kependudukan mempelajari secara sistematis perkembangan, fenomena dan masalah-masalah penduduk dalam kaitannya dengan situasi sosial di sekitarnya.

  • KEBUDAYAAN
  Kebudayaan sangat erat Hubungannya dengan masyarakat. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

Melville J. Herskovits
menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
  • alat-alat teknologi
  • sistem ekonomi
  • keluarga
  • kekuasaan politik


Bronislaw Malinowski 
mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
  • sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
  • organisasi ekonomi
  • alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
  • organisasi kekuatan (politik)


C. Kluckhohn 
mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal categories of culture) yaitu:
  • bahasa
  • sistem pengetahuan
  • sistem tekhnologi dan peralatan
  • sistem kesenian
  • sistem mata pencarian hidup
  • sistem religi
  • sistem kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan



     Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender,

    Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.

  • Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.
  • Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli.
  • Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.
  • Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk.


Berikut beberapa masalah serta solusi yang terjadi terhadap : 

PENDUDUK.

  • Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk dengan luas area dimana mereka tinggal.

Beberapa pengamat masyarakat percaya bahwa konsep kapasitas muat juga berlaku pada penduduk bumi, yakni bahwa penduduk yang tak terkontrol dapat menyebabkan katastrofi Malthus. Beberapa menyangkal pendapat ini. Grafik berikut menunjukkan kenaikan logistik penduduk.

Negara-negara kecil biasanya memiliki kepadatan penduduk tertinggi, di antaranya: Monako, Singapura, Vatikan, dan Malta. Di antara negara besar yang memiliki kepadatan penduduk tinggi adalah Jepang dan Bangladesh.

Pada tanggal 19 Oktober 2012 pukul 03.36 WIB, jumlah penduduk dunia akan mencapai 7 miliar jiwa. Badan Kependudukan PBB menetapkan tanggal 12 Oktober 1999 sebagai tanggal dimana penduduk dunia mencapai 6 miliar jiwa, sekitar 12 tahun setelah penduduk dunia mencapai 5 miliar jiwa.

Berikut adalah peringkat negara-negara di dunia berdasarkan jumlah penduduk (2005):

Republik Rakyat Tiongkok (1.306.313.812 jiwa)
India (1.103.600.000 jiwa)
Amerika Serikat (298.186.698 jiwa)
Indonesia (241.973.879 jiwa)
Brasil (186.112.794 jiwa)
Pakistan (162.419.946 jiwa)
Bangladesh (144.319.628 jiwa)
Rusia (143.420.309 jiwa)
Nigeria (128.771.988 jiwa)
Jepang (127.417.244 jiwa)

      umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran. Dokumen dari Yunani Kuno telah membuktikan adanya upaya pengendalian jumlah penduduk sejak zaman dahulu kala. Salah satu contoh pengendalian penduduk yang dipaksakan terjadi di Republik Rakyat Tiongkok yang terkenal dengan kebijakannya 'satu anak cukup'; kebijakan ini diduga banyak menyebabkan terjadinya aksi pembunuhan bayi, pengguguran kandungan yang dipaksakan, serta sterilisasi wajib.

Indonesia juga menerapkan pengendalian penduduk, yang dikenal dengan program Keluarga Berencana (KB), meski program ini cenderung bersifat persuasif ketimbang dipaksakan. Program ini dinilai berhasil menekan tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia.

  • Penurunan Jumlah Penduduk
     Berkurangnya jumlah penduduk menyebabkan turunnya jumlah populasi pada sebuah daerah. Hal ini disebabkan oleh perpindahan daerah kesuburan atau oleh emigrasi besar-besaran. Juga oleh penyakit, kelaparan maupun perang. Namun seringkali oleh gabungan faktor-faktor tersebut. Di masa lampau penurunan jumlah penduduk disebabkan terutama sekali oleh penyakit. Pada tahun-tahun belakangan ini populasi penduduk Rusia dan tujuh belas bekas negara komunis lainnya mulai menurun (1995-2005). Kasus Black Death di Eropa atau datangnya penyakit-penyakit dari dunia lama ke Amerika merupakan faktor penyebab turunnya jumlah penduduk.

Keinginan untuk mempunyai anak dalam jumlah kecil. Penundaan usia kawin sampai selesai pendidikan untuk mendapat pekerjaan. Dilaksanakannya program Keluarga Berencana. Pertumbuhan penduduk dapat dibedakan atas pertumbuhan penduduk alami dan pertumbuhan penduduk migrasi.



Pertumbuhan Penduduk Alami, yaitu perkembangan penduduk yang disebabkan angka kelahiran lebih besar dari angka kematian. Angka kelahiran ialah rata-rata banyak bayi yang lahir dari tiap 1.000 orang penduduk dalam satu tahun (angka kelahiran kasar).
Pertumbuhan Penduduk Migrasi ialah perkembangan penduduk yang disebabkan oleh perbedaan antara jumlah migrasi masuk (imigrasi) dan migrasi keluar (emigrasi).


KEBUDAYAAN.

  •    Perubahan Kebudayaan
        Perubahan Kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya ketidak sesuaian di antara unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi keadaan yang fungsinya tidak serasi bagi kehidupan.Perubahan kebudayan mencakup banyak Aspek,baik bentuk,sikap perubahan,dampak perubahan,dan mekanisme yang dilaluinya.Perubahan kebudayaan di dalamnya mencakup perkembangan kebudayaan.Pembangunan dan modernisasi termasuk pula perubahan kebudayaan.
    Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah, antara lain perubahan akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress  (kemunduran) bukan progress (kemajuan);perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi,berlangsung cepat,dan diluar kendali manusia .

  • Penyebaran Kebudayaan
Dalam hal penyebaran kebudayaan,seorang sejarawan Arnold J. Toynbee merumuskan beberapa dalil tentang radiasi budaya sebagai berikut
Pertama, aspek atau unsur budaya selalu masuk tidak secara keseluruhan,melainkan individual.Kebudayaan Barat yang masuk ke dunia Timur pada  abad ke-19 tidak masuk secara keseluruhan.Dunia Timur tidak mengambil budaya Barat secara keseluruhan,tetapi unsur tertentu,yaitu teknologi.Teknologi merupakan unsure yang paling mudah di serap.Industrialisasi di Negara –negara Timur merupakan pengaruh dari kebudayaan Barat.
Kedua, kekuatan menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan nilainya. Makin tinggi dan dalam aspek budayanya, makin sulit untuk diterima. Contoh religi adalah lapis dalam dari budaya. Religi orang barat (Kristen) sulit diterima oleh orang Timur dibanding teknologinya. Alasannya, religi merupakan lapisan budaya yang paling dalam dan tinggi, sedangkan teknologi merupakan lapisan luar dari budaya.
            Ketiga, jika satu unsur masuk maka akan menarik unsur budaya lainnya. Unsur teknologi asing yang diadopsi akan membawa masuk pula nilai budaya asing melalui orang-orang asing yang berkerja di industri teknologi tersebut.
            Keempat, aspek atau unsur budaya yang di tanah asalnya tidak berbahaya, bisa menjadi berbahaya bagi masyarakat yang didatangi. Dalam hal ini, Toynbee memberikan contoh nasionalisme. Nasionalisme sebagai hasil evolusi social budaya dan menjadi sebab tumbuhnya Negara-negara nasional di Eropa abad ke-19 justru memecah belah system kenegaraan di dunia Timur, seperti kesultanan dan kekhalifahan di Timur Tengah.

SOLUSI MENGATASI PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN
1. Prioritas pada masalah
Penyimpangan seperti sudah benar-benar bertentangan dengan nilai-nilai, asumsi, keyakinan atau pengalaman hidup kita. Karena penyimpangan itu pasti banyak kalau dicari apalagi dicari-cari, maka sebaiknya kita perlu membuat prioritas penyelesaian penyimpangan.
Manfaatnya adalah untuk menghindari keinginan-keinginan yang ditunggangi dorongan keinginan atau mood sesaat. Terkadang, kita menginginkan situasi atau kondisi yang langsung baik dan sempurna dari seluruh segi yang sama persis seperti firman kitab suci, sama persis seperti saran konsultan, atau sama persis seperti khutbah para pakar manajemen di buku-buku. Padahal, secara resource, kita belum mampu ke sana. Kesempurnaan itu adalah upaya untuk selalu menyempurnakan kekurangan / penyimpangan.
Selain itu, memutuskan perbaikan yang dasarnya masalah, akan membuat keputusan kita lebih membumi, lebih memfokus, lebih riil sasarannya. Para motivator sering mengatakan pikiran ini akan bekerja lebih bagus kalau diberi sasaran yang lebih jelas, lebih spesifik, atau lebih terukur. Sebaliknya, ia akan "bingung" kalau disuruh memikirkan sasaran yang tidak jelas, terlalu normatif, atau terlalu abstrak.

2. Konseptualisasi
Agar kemauan kita itu menjadi pemahaman bersama, kita perlu mengkonsepkannya, menyatakannya dalam bentuk pedoman yang bisa dipahami orang lain. Beberapa organisasi memang telah memiliki rumusan tertulis dari nilai-nilai yang diinginkan untuk terwujud dalam praktek. Tetapi ini masih banyak juga yang belum memiliki.
Selain bisa menjadi instrumen pemahaman bersama, rumusan tertulis juga akan menjadi pedoman perlakuan. Ini supaya jangan sampai kita tidak care terhadap penyimpangan dan tidak care pula terhadap prestasi atau performansi kerja sebagian orang. Jangan sampai karyawan memendam kesimpulan:
Jika kita menginginkan budaya yang positif dan lingkungan kerja yang mendukung, kita pun perlu mendukung (memberi reward) orang-orang yang sudah menunjukkan dukungannya. Dan pada saat yang sama, kita pun perlu memberikan punishment kepada orang yang terbukti menunjukkan penyimpangannya. Kelemahan kita, terkadang, kita menginginkan kebaikan, tetapi kurang appreciate pada orang yang baik dan lemah ATAU ignorance (tidak peduli (acuh tak acuh) menghadapi orang yang tidak baik.

3. Membuka fasilitas dan peluang pembelajaran
Pengalaman kita bersama menunjukkan bahwa untuk membuat orang melakukan sesuatu, ini membutuhkan effort yang jauh lebih banyak dibanding dengan membuat orang yang tidak tahu menjadi tahu. Yang terakhir ini cukup dengan diberi tahu melalui mulut atau tulisan. Adapun untuk yang pertama, apalagi jika yang kita inginkan menjadi budaya, pasti tidak cukup dengan identikasi masalah prioritas dan konseptualisasi keinginan.
Budaya menyimpang, perlu diluruskan melalui proses belajar yang benar agar hasilnya benar. Esensi mendasar dari prinsip pembelajaran ini adalah memperbaiki keadaan (mengubah ke arah yang lebih baik) dengan cara melakukan sesuatu (proses) berdasarkan masalah yang muncul dengan berbagai cara yang mungkin. Intinya, kita tidak melihat penyimpangan budaya yang terjadi sebagai sebuah kesimpulan akhir, melainkan sebagai sebuah proses untuk diperbaiki. Kita tidak melihat penyimpangan sebagai penyimpangan tetapi sebagai isyarat untuk melakukan perubahan dan pengembangan..

Adapun bentuk fasilitas itu bisa kita sesuaikan berdasarkan keadaan, kemampuan dan keinginan. Pokoknya, apapun fasilitas yang bisa menyentuh orang untuk terdorong memperbaiki keadaan (dirinya, orang lain, dan lingkungan), itu perlu kita buka, dari mulai yang paling mahal sampai yang paling gratis menurut ukuran kita. Ini misalnya saja, training, konseling, coaching, teaching, dialog, pertemuan rutin, pengawasan langsung, pengarahan, dan lain-lain.


Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil ksimpulan sebagai berikut,

  Dalam hal perubahan budaya bisa memuunculkan masalah, antara lain perubahan akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress  (kemunduran) bukan progress (kemajuan);perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi,berlangsung cepat, dan diluar kendali manusia.

   Dalam hal penyebaran budaya bisa memuunculkan masalah, diantaranya masyarakat penerima akan kehilangan kehilangan nilai-nilai budaya local sebagai akibat kuatnya budaya asing yang masuk.


Sekian pembahasan dari saya :) Smoga bermanfaat.




sumber :

“Aplikasi Pendidikan SMP, Mata Pelajaran Geografi 7”, di produksi oleh: PT. Kharisma Nusantara Teknologi..
http://aunurangsar.blogspot.com/2013/05/problematika-kebudayaan-dan-solusinya.html










Tidak ada komentar:

Posting Komentar